Imbas Dana Hibah Tak Cair, Ketua KONI Sulsel Talangi Operasional Porprov 2026 Rp300 Juta
Bone - KONI Bone dan Wajo ditunjuk menjadi tuan rumah bersama Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) 2026.
Namun, di balik persiapan menuju ajang olahraga terbesar tingkat provinsi itu, kendala utamanya adalah keterbatasan biaya operasional. Baik untuk persiapan panitia maupun pembinaan atlet di masing-masing daerah.
Kondisi tersebut turut dirasakan KONI Sulsel selaku induk organisasi olahraga tingkat provinsi.
Hingga kini, KONI Sulsel mengaku belum menerima bantuan dana hibah dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk tahun anggaran 2025. Akibatnya, seluruh biaya operasional organisasi ditanggung secara pribadi Ketua KONI Sulsel, Yasir Machmud.
Hal tersebut diungkapkan Sekretaris KONI Sulsel, Mujiburrahman. Ia menjelaskan sesuai Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 Pasal 79, pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota seharusnya ikut berpartisipasi memberikan bantuan dana hibah kepada KONI mendukung agenda olahraga daerah.
“Iya, sebenarnya kan kita harus mengacu pada UU No. 11 Tahun 2022 Pasal 79. Pemerintah provinsi maupun daerah wajib memberikan bantuan dana hibah kepada KONI untuk mendukung kegiatan olahraga. Jadi sampai hari ini, satu-satunya harapan kita di KONI ini hanyalah bantuan hibah dari provinsi,” ujarnya kepada wartawan saat dikonfirmasi, Minggu (5/10/2025).
Menurutnya, ketiadaan dana hibah berdampak langsung pada proses pembinaan olahraga di daerah. Tanpa dukungan anggaran dari Pemprov, kegiatan pembinaan atlet maupun pelaksanaan agenda olahraga sulit dijalankan secara maksimal.
“Kalau itu tidak terpenuhi, tentu akan berdampak pada proses pembinaan olahraga di daerah masing-masing. KONI Sulsel tidak memiliki anggaran secara mandiri dan hanya bergantung pada hibah dari Pemprov,” tegasnya.
Mujiburrahman menjelaskan, sejak Januari hingga akhir September 2025, biaya operasional KONI Sulsel mencapai sekitar Rp300 juta. Seluruhnya ditanggung Ketua KONI Sulsel, Yasir Machmud.
“Kami ini masih berjalan secara mandiri. Biaya operasional yang timbul sejak Januari sampai September 2025 itu sekitar Rp300 juta dan ditanggung secara pribadi oleh Pak YM. Beliau juga sudah beberapa kali menalangi kegiatan KONI,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, hingga kini pihaknya masih menunggu realisasi dana hibah sebesar Rp1 miliar yang dijanjikan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Namun, pencairannya belum juga terealisasi.
“Sampai sekarang kami dijanji Rp1 miliar dari Pemprov, tapi belum cair-cair. Jadi inilah kondisi yang ada di Sulsel. Kami tetap berupaya agar kegiatan olahraga bisa tetap berjalan meski dengan segala keterbatasan,” tandasnya.
Ketua KONI Bone, Asiswa Karim, mengaku KONI Bone masih menunggu kepastian dari perubahan anggaran daerah.
“Kalau anggaran memang belum ada. Kita hanya menunggu di perubahan. Kalau memang ada, dikasikan. Ini bukan untuk satu cabor saja, tapi semua cabor belum ada anggarannya,” tegas Asiswa.
Lebih lanjut, ia menyebut kondisi ini bukan hanya terjadi di Bone, melainkan juga di banyak daerah, bahkan di tingkat provinsi.
“Hampir semua daerah saat ini kondisi keuangannya tidak baik-baik saja. Jadi kami juga tidak bisa memaksa,” tambahnya.
Meski menghadapi keterbatasan, ia mengaku para atlet Bone tetap menunjukkan semangat tinggi dalam berlatih. “Atlet kami tetap berusaha menampilkan yang terbaik,” tandasnya. (*)